Di masa lalu memang pernah terjadi pemberangusan besar-besaran terhadap semua pihak yang menentang Gereja Katolik. Bahkan tidak salah kiranya kalau disebutkan bahwa pada masa-masa itu memang terjadi hegemoni kekuasaan Gereja Katolik. Pada saat itu, lahirlah sebuah institusi buatan Gereja yang terkenal karena kejahatan dan kekejamannya, yang disebut sebagai “Inquisisi”. Karen Armstrong, mantan biarawati yang sekarang sukses sebagai penulis, menggambarkan Inquisisi sebagai berikut :
Ketika pasukan Napoleon menaklukkan Spanyol pada tahun 1808, salah satu kolonelnya yang bernama Lemanouski melaporkan bahwa pastor-pastor Dominikan mengurung diri dalam biara mereka di Madrid. Ketika pasukan Lemanouski mendobrak masuk, para agen Inquisisi tersebut tidak mengakui keberadaan ruang-ruang penyiksaan dalam biara mereka. Nyatanya, memang terdapat ruang-ruang semacam itu di bawah tanah. Tempat itu dipenuhi dengan tawanan, semuanya dalam keadaan telanjang, dan beberapa di antaranya gila. Tentara Perancis yang sudah biasa melihat kekejaman dan darah sampai-sampai merasa muak dengan pemandangan itu. Ruang-ruang penyiksaan itu kemudian dikosongkan, kemudian biara tersebut diledakkan.
Pada masa itu, terjadi berbagai bentuk kekerasan atas nama agama. Pertarungan antara Katolik dan Protestan terjadi dimana-mana, misalnya di Perancis. Dunia mengenang kisah pembantaian kaum Protestan di Paris oleh kaum Katolik pada tahun 1572 yang dikenal sebagai “The St. Bartholomew’s Day Massacre”. Diperkirakan 10.000 orang mati, dan selama berminggu-minggu, jalan-jalan di Paris dipenuhi dengan mayat yang membusuk. Philip J. Adler dalam bukunya, “World Civilization” mengungkapkan kesaksian dari seorang yang selamat dari pembantaian pada hari naas tersebut :
“Tidak seorang pun dapat mengukur berbagai kekejaman yang terjadi dalam pembunuhan-pembunuhan ini… Sebagian besar mereka dimusnahkan dengan belati. Tubuh mereka ditikam, anggota tubuhnya dirusak, mereka dihina dengan cemoohan yang lebih tajam dari pedang… Mereka memukul sejumlah orang tua tanpa perasaan, membenturkan kepala mereka ke batu di dermaga dan kemudian melemparkan sosok setengah mati itu ke sungai. Seorang anak yang terbungkus pakaiannya diseret di jalan dengan tali yang dililitkan di lehernya oleh anak-anak berumur sekitar 9 atau 10 tahun. Seorang anak kecil lainnya, digendong oleh seorang penjagal, memain-mainkan jenggotnya dan tersenyum kepadanya, tetapi orang itu bukannya mengasihani si kecil, malahan kemudian menikamnya dengan belati dan kemudian melemparkannya ke sungai, yang menjadi merah karena darah dan tidak dapat kembali ke warna asalnya untuk waktu yang panjang.”
Akibat semua kekejaman ini, pada era berikutnya, yaitu pada abad ke-18, muncullah sebuah sikap anti-pemuka agama yang dikenal dengan istilah “anti-clericalism”. Ada sebuah ungkapan pada masa itu yang menyebutkan : “Beware of a woman if you are in front of her, a mule if you are behind it, and a priest whether you are in front or behind.”
Kita juga tentu masih ingat kisah tentang bagaimana Galileo harus sembunyi-sembunyi mempublikasikan teorinya yang mengatakan bahwa bumi mengitari matahari, bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan oleh Gereja. Akibatnya, Galileo sempat diancam dan dipaksa untuk meralat teorinya.
Beginilah latar belakang munculnya definisi dogma seperti yang telah dijelaskan di bagian awal sebelumnya. Bagaimana pun, inilah makna ‘dogma’ yang muncul dalam benak orang-orang Eropa. Bahkan ketika disebutkan kata “religion”, mereka lantas berpikir tentang kejumudan, fanatisme, dogma yang menghancurkan, pemaksaan keyakinan, dan sebagainya. Hal ini terjadi semata-mata karena sejarah hegemoni Kristen di dataran Eropa pada masa lalu.
Demikian semoga umat kristiani menyadari sejarah kristen yang kelam itu, kemudian mereka mau merenung, mengkritisi atas dogma yang mereka terima selama ini. Sadarlah wahai Kristiani!
- “Sebagian besar kita tentunya setuju bahwa salah satu dari institusi Kristen yang paling jahat adalah Inquisisi, yang merupakan instrumen teror dalam Gereja Katolik sampai dengan akhir abad ke-17. Metode Inquisisi ini juga digunakan oleh Gereja Protestan untuk melakukan penindasan dan kontrol terhadap kaum Katolik di negara-negara mereka.”
Ketika pasukan Napoleon menaklukkan Spanyol pada tahun 1808, salah satu kolonelnya yang bernama Lemanouski melaporkan bahwa pastor-pastor Dominikan mengurung diri dalam biara mereka di Madrid. Ketika pasukan Lemanouski mendobrak masuk, para agen Inquisisi tersebut tidak mengakui keberadaan ruang-ruang penyiksaan dalam biara mereka. Nyatanya, memang terdapat ruang-ruang semacam itu di bawah tanah. Tempat itu dipenuhi dengan tawanan, semuanya dalam keadaan telanjang, dan beberapa di antaranya gila. Tentara Perancis yang sudah biasa melihat kekejaman dan darah sampai-sampai merasa muak dengan pemandangan itu. Ruang-ruang penyiksaan itu kemudian dikosongkan, kemudian biara tersebut diledakkan.
- Robert Held, dalam bukunya yang berjudul “Inquisition” memuat foto-foto dan lukisan-lukisan yang sangat mengerikan tentang kejahatan Inquisisi pada masa-masa itu. Held memaparkan lebih dari 50 jenis dan model alat-alat penyiksaan serta berbagai metodenya. Kekejaman tersebut bervariasi mulai dari pembakaran hidup-hidup, pencungkilan mata, membelah tubuh manusia dengan gergaji, pemotongan lidah, menghancurkan kepala dengan sebuah alat khusus, mengebor kelamin wanita, dan sebagainya. Yang menarik lagi, sekitar 85 persen dari korban penyiksaan dan pembunuhan tersebut adalah perempuan. Antara tahun 1450 – 1800, diperkirakan sekitar 2 – 4 juta perempuan dibakar hidup-hidup di Eropa, baik di negara-negara Katolik maupun Protestan.
Pada masa itu, terjadi berbagai bentuk kekerasan atas nama agama. Pertarungan antara Katolik dan Protestan terjadi dimana-mana, misalnya di Perancis. Dunia mengenang kisah pembantaian kaum Protestan di Paris oleh kaum Katolik pada tahun 1572 yang dikenal sebagai “The St. Bartholomew’s Day Massacre”. Diperkirakan 10.000 orang mati, dan selama berminggu-minggu, jalan-jalan di Paris dipenuhi dengan mayat yang membusuk. Philip J. Adler dalam bukunya, “World Civilization” mengungkapkan kesaksian dari seorang yang selamat dari pembantaian pada hari naas tersebut :
“Tidak seorang pun dapat mengukur berbagai kekejaman yang terjadi dalam pembunuhan-pembunuhan ini… Sebagian besar mereka dimusnahkan dengan belati. Tubuh mereka ditikam, anggota tubuhnya dirusak, mereka dihina dengan cemoohan yang lebih tajam dari pedang… Mereka memukul sejumlah orang tua tanpa perasaan, membenturkan kepala mereka ke batu di dermaga dan kemudian melemparkan sosok setengah mati itu ke sungai. Seorang anak yang terbungkus pakaiannya diseret di jalan dengan tali yang dililitkan di lehernya oleh anak-anak berumur sekitar 9 atau 10 tahun. Seorang anak kecil lainnya, digendong oleh seorang penjagal, memain-mainkan jenggotnya dan tersenyum kepadanya, tetapi orang itu bukannya mengasihani si kecil, malahan kemudian menikamnya dengan belati dan kemudian melemparkannya ke sungai, yang menjadi merah karena darah dan tidak dapat kembali ke warna asalnya untuk waktu yang panjang.”
Akibat semua kekejaman ini, pada era berikutnya, yaitu pada abad ke-18, muncullah sebuah sikap anti-pemuka agama yang dikenal dengan istilah “anti-clericalism”. Ada sebuah ungkapan pada masa itu yang menyebutkan : “Beware of a woman if you are in front of her, a mule if you are behind it, and a priest whether you are in front or behind.”
Kita juga tentu masih ingat kisah tentang bagaimana Galileo harus sembunyi-sembunyi mempublikasikan teorinya yang mengatakan bahwa bumi mengitari matahari, bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan oleh Gereja. Akibatnya, Galileo sempat diancam dan dipaksa untuk meralat teorinya.
Beginilah latar belakang munculnya definisi dogma seperti yang telah dijelaskan di bagian awal sebelumnya. Bagaimana pun, inilah makna ‘dogma’ yang muncul dalam benak orang-orang Eropa. Bahkan ketika disebutkan kata “religion”, mereka lantas berpikir tentang kejumudan, fanatisme, dogma yang menghancurkan, pemaksaan keyakinan, dan sebagainya. Hal ini terjadi semata-mata karena sejarah hegemoni Kristen di dataran Eropa pada masa lalu.
Demikian semoga umat kristiani menyadari sejarah kristen yang kelam itu, kemudian mereka mau merenung, mengkritisi atas dogma yang mereka terima selama ini. Sadarlah wahai Kristiani!
Saya tanya, yang jahat itu agamanya, atau yang menyalahgunakan agama tersebut.
BalasHapusKan itu yang kita perdebatkan kemarin. Anda kan meminta saya menunjukkan sejarah pembantaian Santo Bartoloneus, jadi ini buktinya... Terbukti kan, bahwa Gereja Katolik lebih kejam dari Hitler dalam melakukan penyiksaan.
BalasHapusSaya tanya, sekali lagi, yang jahat itu agamanya, atau orang yang melakukan atas dasar agama. Saya orang Katolik saja tidak pernah sekalipun menganggap Kristen itu Kafir.
BalasHapusSerangan anda itu ke Nasrani keseluruhan? Atau Yahudi juga anda serang? Atau hanya Katolik?
Pada awalnya saya hanya ingin menunjukkan ayat2x yang ditulis oleh manusia yang terdapat didalam Injil saat ini. Namun pada perkembangannya ada yang meminta ditampilkan artikel2x semacam ini, makanya saya tampilkan, supaya mereka tidak menganggap saya berkata bohong.
BalasHapusSaya percaya Anda tidak menganggap Kristen "kafir". Akan tetapi, mari kita melihat bagaimana perintah Tuhan anda didalam kitab sucinya "Injil". Kalau Tuhan anda mengatakan non-Kristen adalah Najis. Lalu Anda berkata, mereka tidak najis, berarti Anda telah berani melawan perintah Tuhan Anda sendiri. Secara tidak langsung anda telah membuat ketetapan sendiri dengan membantah ketetapan Tuhan anda didalam kitab suci-Nya.
Kamu di Alquran disuruh mbunuh kafir gak?
BalasHapusYang memimpin gereja waktu itu tidak menyadari konsep Kristiani sesungguhnya. Bukan salah Alkitab. Salah orangnya aja.
Yang kita sayang kan, mengapa pada masa itu yang melakukan kejahatan terhadap orang Protestan adalah Rohaniawan2x Katolik. jadi pemuka agama gtlohhhh.... klo rakyat biasa sih, masih bisa ditolerir...
BalasHapusDalam Islam, jangankan membunuh, merusak alam saja dilarang. Membunuh didalam Islam cuma didalam peperangan dan untuk menghukum seorang pembunuh maka wajib dibunuh.
مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا
أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الأرْضِ لَمُسْرِفُونَ (٣٢)
“oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (Qs.al Maidah : 32)
Rohaniwan Katolik macam gitu adalah rohaniwan yang sesat karena tidak mencerminkan Ajaran Alkitab yang penuh cinta kasih dan mengaku-ngaku atas nama Yesus.
BalasHapusTrus ajaran Islam macam apa itu?
Lha wong itu untuk Israel. Berarti ajaran itu mengilegalkan membunuh bagi Israel. Bukan untuk Muslim. Cari ayat lain yang lebih representatif untuk bukti-buktimu itu.
Ow, saya tunggu di gereja. Sekalian bawa tuh istrimu.
Islam memberikan petunjuk hidup secara lengkap dan jelas. Klo ada yang merusak akidah dan menjelek-jelekkan Islam disuruh lawan bukan hanya diam dan dibantai...
BalasHapusCara melawannya tolong disebutkan. Kita orang Kristen bukan hanya diam dan dibantai. Saya disini untuk mencerahkan anda.
BalasHapusKhan Yesus melarang membunuh. Terus menyuruh menyayangi musuh. Klo ditampar pipi kiri disuruh kasih pipi kanan. Berarti klo Anda melawan, anda sudah melanggar perintah Yesus donk?
BalasHapusSapa yang melawan? Saya cuma memberi pencerahan pada anda. Lagi pula, yang disebut Yesus barusan itu masalah mengampuni orang yang jahat.
BalasHapusWah, klo orang Kristen tidak boleh membunuh atau melawan, mungkin adri dulu sudah punah x kalian semua...
BalasHapusLha kenapa anda juga mengklaim Musa yang membawa 2 loh batu yang berisi peritah Tuhan untuk tidak membunuh, kenapa kamu masih membunuh meski diajarkan Tuhan? Kalo Tuhan kalian menyuruh membunuh, sama saja Tuhan kalian itu plin-plan.
BalasHapusKita punah gak punah, bukan karena kita tidak membunuh, kita selalu selamat dari bahaya karena Tuhan.