Senin, 21 Maret 2011

Pastor Italia Divonis 15 Tahun, Karena Skandal Pedofilia

Pengadilan di Roma menghukum seorang mantan pastor Gereja Katolik dengan kurungan 15 tahun penjara, karena kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak, di tengah gelombang praktek pedofilia oleh para pendeta di seluruh Eropa dan AS.

Ruggero Conti, seorang mantan pastor di Selva Candida di pinggiran ibukota Italia, dinyatakan bersalah atas kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak antara tahun 1998 dan 2008 ketika ia ditangkap.

Jaksa awalnya menuntut hukuman 18 tahun penjara kepada Conti atas tuduhan seks terhadap anak di bawah umur, kekerasan seksual dan hasutan untuk prostitusi anak di bawah umur.

Kasus ini telah menyita perhatian luas media di Italia, yang relatif sedikit terlilit skandal pelecehan seksual oleh para pastor di negara mayoritas Katolik, bila dibandingkan dengan ratusan kasus yang terjadi di Eropa Utara dan Amerika Serikat.

Seorang pengacara korban, Fabrizio Gallo mengatakan kepada wartawan bahwa ia hanya akan meminta ganti rugi kepada Otoritas Vatikan setelah pengadilan memerintahkan Conti untuk membayar sekitar 200.000 Euro atas kerugian yang ditimbulkan.

Gallo mengatakan, persidangan membuktikan bahwa tuduhan itu benar dan kehidupan banyak orang telah hancur selamanya. Ia berharap Gereja akan menemukan solusi dan membayar ganti rugi kepada para korban. Ditambahkannya, belum ada pihak yang menawarkan diri untuk membantu mereka atau meminta maaf.

Selama persidangan, uskup yang bertanggung jawab atas para pastor, Gino Reali mengakui bahwa dirinya telah mengabaikan rumor awal tentang Conti. Namun, ia kemudian melakukan penyelidikan setelah dua korban mengadukan kasus itu.

“Tangisan Buaya” Paus Atas Skandal Seks di Geraja Katolik

Selama kunjungannya ke Malta, Paus Benediktus XVI mengadakan pertemuan pertama pribadinya dengan korban-korban terakhir dari skandal pedofilia para pastor yang menyebar di seluruh Eropa.Pertemuan tertutup di Kedutaan Besar Vatikan di Malta penuh dengan suasana emosional, dengan tangisan Paus mengekspresikan rasa kesedihannya dan rasa malunya secara pribadi atas korban dan keluarga mereka yang telah menderita akibat kasus tersebut," kata Vatikan dalam sebuah pernyataan hari Ahad kemarin (18/4).Paus, yang mendapat banyak kecaman karena menolak untuk langsung mengomentari krisis pelecehan seks di lembaga-lembaga Katolik, dalam pertemuan tersebut berjanji akan menuntut keadilan bagi para korban.Pernyataan itu menambahkan bahwa Paus "berdoauntuk mereka (para korban) dan meyakinkan mereka bahwa Gereja akan melakukan dengan menegakkan keadilan, dan akan terus melakukannya, semua dalam kekuasaannya untuk menyelidiki dugaan pelecehan seksual dan membawa ke pengadilan semua orang yang bertanggungjawab atas pelecehan seksual."Benediktus juga berjanji akan bekerja dengan mewujudkan langkah-langkah efektif yang dirancanguntuk melindungi anak-anak muda di masa mendatang."Vatikan juga saat ini sedang menghadapi tuduhan melindungi para pastor predator dari hukum, di tengah maraknya tuduhan terhadap beberapa pastor yang dicurigai atau dinyatakan bersalah melakukan pelecehan seks namun tidak dihukum, yang telah dilaporkan kepada pihak berwenang akibat adanya pelecehan anak-anak selama bertahun-tahun di lembaga-lembaga Katolik.Salah satu korban di antara sekelompok orang yang mengklaim 'disalahgunakan' oleh parapastor Katolik di panti asuhan Malta mengatakan kepada AFP bahwa dia terkesan dengan "kerendahan hati Benediktus" dan keberaniannya untuk menyatakan kesedihan dan rasa malunya serta adanya komitmen pribadinya untuk menyelesaikan kasus tersebut.Paus, yang telah meminta maaf kepada para korban pedophilia di Australia dan Amerika Serikat pada tahun 2008, sejauh ini hanya mengirim surat tanpa berkomitmen kepada umat Katolik di Irlandia atas skandal yang terjadi di sana. Surat paus tersebut dikritik oleh banyak pihak karena kesalahan parapastor yang melakukan pelecehan seksual hanya sekedar mendapat teguran, namun tidak mencantumkan hukuman apa yang bakal mereka terima.Sebelumnya, korps pers Vatikan korps telah menggemakan kekecewaan mereka secara meluas atas kegagalan Paus untuk mengatasi masalah tersebut secara terbuka dan langsung.(fq/prtv)Sumber: eramuslim

Paus: Penderitaan Terbesar Gereja Akibat Dosa-dosa Sendiri

Paus Benekdiktus melimpahkan tanggung jawab yang lebih besar pada gereja Katolik Roma dalam gelombang skandal pelecehan seksual dengan mengatakan penderitaan terbesar disebabkan oleh “dosa-dosa yang ada dalam gereja itu."

Dalam komentarnya yang paling terang-terangan tentang tuduhan pelecehan seksual, Paus mengatakan pada hari Selasa (11/5), ancaman terbesar bagi gereja itu tidak datang dari luar. Ia menambahkan gereja harus “meminta pengampunan selain juga keadilan."

"Ancaman terbesar gereja tidak datang dari musuh di luar, tapi lahir dari dosa-dosa yang ada di dalam gereja," kata Paus seperti dikutip Associated Press.

Paus Benekdiktus menyatakan hal tersebut kepada wartawan dalam sebuah penerbangan menuju Portugal.

Komentarnya dikeluarkan selagi gereja menghadapi kecaman pedas, karena cara penanganan kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang mencuat beberapa bulan terakhir ini.

Vatikan sebelumnya sangat defensif menanggapi tuduhan-tuduhan itu dan lewat beberapa pejabatnya bahkan menuduh media memfitnah Paus.(eramuslim)

Tamparan Buat Vatikan, Kasus Sodomi Pastor Katolik Tetap Lanjut di Pengadilan

Mahkamah Agung AS Senin kemarin (28/6) menolak untuk mempertimbangkan apakah Vatikan memiliki kekebalan hukum atas kasus pelecehan seksual anak di bawah umur yang dilakukan oleh pastur di Amerika Serikat, yang memungkinkan gugatan terhadap kasus ini yang diajukan pada tahun 2002 untuk terus maju.

Penggugat dalam kasus ini, diidentifikasi hanya sebagai John V. Doe, telah disodomi beberapa kali pada tahun 1965, ketika ia masih remaja, oleh seorang pendeta pedophilia yang diduga bernama pastor Andrew Ronan, di Portland, Oregon.

Sebelum dituduh melakukan tindak pidana di Oregon, Ronan, yang meninggal pada tahun 1992, diduga melakukan pelecehan secara seksual para seminaris di Irlandia dan anak-anak di Chicago.

Vatikan ingin pengadilan federal AS untuk mengabaikan gugatan yang berusaha terus menganggap Gereja Katolik Roma yang bertanggung jawab untuk memindahkan Ronan dari Irlandia ke Chicago kemudian ke Portland meskipun tuduhan pelecehan seks yang mengikutinya dari paroki ke paroki.

Tapi sembilan hakim AS menolak untuk mempertimbangkan klaim gereja bahwa mereka dapat menikmati "kekebalan berdaulat" dan kebal dari segala penuntutan.

Vatikan telah mengklaim kekebalan hukum mereka di bawah Hak Kekebalan Asing tahun 1976, sebuah undang-undang AS yang memungkinkan negara asing untuk menghindari gugatan di pengadilan.

Seorang pengacara penggugat pada hari Senin kemarin memuji keberanian hakim dalam memutuskan untuk melawan Vatikan. Sebagai catatan, Enam dari sembilan hakim di pengadilan tertinggi Amerika adalah Katolik.

"Tindakan hari ini oleh para hakim merupakan jawaban atas doa-doa ribuan korban pelecehan seksual yang akhirnya memiliki kesempatan nyata untuk mendapatkan keadilan, dan kebenaran, tentang keterlibatan para pemimpin Vatikan dalam menutupi tindak pidanapastor Katolik yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang tidak bersalah," kata Jeff Anderson seorang pengacara para korban.

"Atas nama korban dalam kasus ini, dan semua korban yang berani yang menderita atas penolakan bertanggung jawab para pemimpin Vatikan, kami mengucapkan terima kasih kepada hakim atas keberanianmereka untuk membiarkan kasus ini dilanjutkan," katanya.

"Akhirnya, kami memiliki kesempatan untuk mendapat keadilan, akuntabilitas dan penyembuhan," kata Anderson.

Vatikan mengatakan hari Senin bahwa akan ada komentar langsung atas keputusan itu.

Sementara itu pengacara yang mewakili gereja, Jeffrey Lena, meremehkan keputusan pengadilan tersebut, dengan mengatakan bahwa kasus ini masih panjang dan belum bisa diputuskan.

"Yang masih tertinggal adalah untuk kembali ke pengadilan distrik, yang merupakan sidang pengadilan, dan untuk melanjutkan argumen lebih lanjut di sana," katanya.

Kasus ini hanyalah salah satu skandal pedofilia yang banyak mengguncang Gereja Katolik Roma dalam beberapa tahun terakhir di sejumlah negara termasuk Austria, Belgia, Irlandia, Jerman dan Amerika Serikat.(eramuslim))