Beberapa hari yang lalu saya ke toko buku. Ketika membuka-buka buku yang dipajang, saya lihat foto pendeta Robert W Sitorus, MA melakukan syahadat di Masjid Agung Pondok Indah. Saya penasaran, sepertinya beliau ini tidak asing bagi saya.
Lalu saya membeli buku tersebut.Sesampainya di rumah, saya cari di koleksi VCD saya. Benar dugaan saya, saya temukan nama beliau di 2 VCD debat Islam vs Kristen. Beliau menjadi peserta debat dari pihak Kristen. Namun, sekarang beliau sudah beriman kepada Allah SWT didalam agama untuk semesta alam, ISLAM.
Buku itu menceritakan kisah nyata seorang mahasiswa berusia 22 tahun, bernama Kris, dan keluarganya. Setelah 6 bulan memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya keluarganya tahu bahwa Kris telah meninggalkan agama keluarga mereka. Hal ini membuat ayah Kris marah besar dan mengadukan Aslam ke polisi atas tuduhan mempengaruhi anaknya sehingga berpindah agama. Dalam penyidikan, terungkap bahwa kepindahan Kris ke agama Islam bermula dari dialog antar agama dengan Aslam, dan tidak ada paksaan sedikitpun, sehingga Aslam-pun dibebaskan dari segala tuduhan.
Tidak mempan dengan polisi, ayah Kris mendatangkan seorang pendeta, Pdt. Sitorus. Dialogpun terjadi antara Kris dengan sang pendeta, ditimpali oleh ayah, ibu dan saudara perempuan Kris. Namun pendeta tersebut tak sanggup melawan argumen-argumen yang diungkapkan Kris berdasarkan ayat-ayat dalam Alkitab. Bahkan keluarga Kris malah terperangah dengan pengetahuan Kris serta kemampuannya menganalisa dan berargumen. Melihat sang pendeta kewalahan dengan argument Kris, maka ayah Kris mengakhiri pembicaraan mereka dan mempersilahkan sang pendeta pulang.
Kali berikutnya, sang ayah mendatangkan lagi seorang pendeta yang mantan Islam dan anak kyai yang mempunyai pesantren di Jawa Timur, bernama Pdt. Muhammad Isa. Ketika Kris yang sedang di kamar diberitahu bahwa pendeta tersebut telah datang, ia pun grogi. Maka ia beranikan diri menelpon bpk Insan Mokoginta, yang buku-buku tulisannya serta VCD debatnya telah menjadi koleksinya. Pak Mokoginta berpesan untuk tidak usah takut dan supaya Kris membawa serta Al Qur’an tulisan Arab tanpa terjemahan. Maka pembicaraan pun terjadi antara sang pendeta dengan Kris serta keluarganya. Sang pendeta yang mengaku baru setahun pindah ke agama Kristen pun mulai mengeluarkan jurus-jurusnya dengan mengutip terjemahan Al Qur’an yang diplesetkan. Kris pun mengkoreksi terjemahan yang dipakai sang pendeta. Kemudian Kris menyodorkan Al Qur’an kepada sang pendeta untuk menunjukkan di mana letak ayat yang dikutip tersebut. Lama halaman demi halaman dibolak-balik, akhirnya sang pendeta mengatakan bahwa ia telah lupa, karena sudah tidak lagi membacanya sejak kepindahannya ke Kristen … (mungkinkah?). Dan sekali lagi ayah Kris harus menghentikan diskusi demi melihat sang pendeta tak mampu membendung argumen-argumen Kris.
Suatu saat, keluarga Kris masuk ke kamar Kris saat Kris sedang kuliah. Mereka pun menemukan koleksi VCD dan buku-buku tulisan pak Insan Mokoginta. Di buku tersebut ada nomor teleponnya. Maka ayah Kris mengundang pak Mokoginta untuk datang ke rumah mereka. Pak Mokoginta pun memehuni undangan tersebut. Maka diskusi pun terjadi, dengan banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang dipakai serta beberapa ayat Al Qur’an. Sampai 2 kali pak Mokoginta diundang keluarga ini untuk berdiskusi. Akhirnya terbukalah mata hati keluarga Kris, dan hidayah Allah SWT pun datang kepada mereka. Mereka sekeluarga mengucapkan 2 kalimat syahadat di Masjid Raya Pondok Indah.
Kisah tersebut ditulis (bukan dikarang) oleh bpk Insan Mokoginta, seorang mantan Katholik, dalam sebuah buku yang berjudul “Akhirnya Sekeluarga Itu Memeluk Islam”.
Dalam buku itu juga ditampilkan foto Pdt. Robert W. Sitorus yang mengucapkan 2 kalimat syahadat di Masjid Raya Pondok Indah.
Selamat Pak Sitorus, anda sekarang telah menjadi pengikut Yesus yang sesungguhnya. Sebagaimana:
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” (Markus 12:29)
Siapa yang mau menyusul?
Lalu saya membeli buku tersebut.Sesampainya di rumah, saya cari di koleksi VCD saya. Benar dugaan saya, saya temukan nama beliau di 2 VCD debat Islam vs Kristen. Beliau menjadi peserta debat dari pihak Kristen. Namun, sekarang beliau sudah beriman kepada Allah SWT didalam agama untuk semesta alam, ISLAM.
Buku itu menceritakan kisah nyata seorang mahasiswa berusia 22 tahun, bernama Kris, dan keluarganya. Setelah 6 bulan memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya keluarganya tahu bahwa Kris telah meninggalkan agama keluarga mereka. Hal ini membuat ayah Kris marah besar dan mengadukan Aslam ke polisi atas tuduhan mempengaruhi anaknya sehingga berpindah agama. Dalam penyidikan, terungkap bahwa kepindahan Kris ke agama Islam bermula dari dialog antar agama dengan Aslam, dan tidak ada paksaan sedikitpun, sehingga Aslam-pun dibebaskan dari segala tuduhan.
Tidak mempan dengan polisi, ayah Kris mendatangkan seorang pendeta, Pdt. Sitorus. Dialogpun terjadi antara Kris dengan sang pendeta, ditimpali oleh ayah, ibu dan saudara perempuan Kris. Namun pendeta tersebut tak sanggup melawan argumen-argumen yang diungkapkan Kris berdasarkan ayat-ayat dalam Alkitab. Bahkan keluarga Kris malah terperangah dengan pengetahuan Kris serta kemampuannya menganalisa dan berargumen. Melihat sang pendeta kewalahan dengan argument Kris, maka ayah Kris mengakhiri pembicaraan mereka dan mempersilahkan sang pendeta pulang.
Kali berikutnya, sang ayah mendatangkan lagi seorang pendeta yang mantan Islam dan anak kyai yang mempunyai pesantren di Jawa Timur, bernama Pdt. Muhammad Isa. Ketika Kris yang sedang di kamar diberitahu bahwa pendeta tersebut telah datang, ia pun grogi. Maka ia beranikan diri menelpon bpk Insan Mokoginta, yang buku-buku tulisannya serta VCD debatnya telah menjadi koleksinya. Pak Mokoginta berpesan untuk tidak usah takut dan supaya Kris membawa serta Al Qur’an tulisan Arab tanpa terjemahan. Maka pembicaraan pun terjadi antara sang pendeta dengan Kris serta keluarganya. Sang pendeta yang mengaku baru setahun pindah ke agama Kristen pun mulai mengeluarkan jurus-jurusnya dengan mengutip terjemahan Al Qur’an yang diplesetkan. Kris pun mengkoreksi terjemahan yang dipakai sang pendeta. Kemudian Kris menyodorkan Al Qur’an kepada sang pendeta untuk menunjukkan di mana letak ayat yang dikutip tersebut. Lama halaman demi halaman dibolak-balik, akhirnya sang pendeta mengatakan bahwa ia telah lupa, karena sudah tidak lagi membacanya sejak kepindahannya ke Kristen … (mungkinkah?). Dan sekali lagi ayah Kris harus menghentikan diskusi demi melihat sang pendeta tak mampu membendung argumen-argumen Kris.
Suatu saat, keluarga Kris masuk ke kamar Kris saat Kris sedang kuliah. Mereka pun menemukan koleksi VCD dan buku-buku tulisan pak Insan Mokoginta. Di buku tersebut ada nomor teleponnya. Maka ayah Kris mengundang pak Mokoginta untuk datang ke rumah mereka. Pak Mokoginta pun memehuni undangan tersebut. Maka diskusi pun terjadi, dengan banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang dipakai serta beberapa ayat Al Qur’an. Sampai 2 kali pak Mokoginta diundang keluarga ini untuk berdiskusi. Akhirnya terbukalah mata hati keluarga Kris, dan hidayah Allah SWT pun datang kepada mereka. Mereka sekeluarga mengucapkan 2 kalimat syahadat di Masjid Raya Pondok Indah.
Kisah tersebut ditulis (bukan dikarang) oleh bpk Insan Mokoginta, seorang mantan Katholik, dalam sebuah buku yang berjudul “Akhirnya Sekeluarga Itu Memeluk Islam”.
Dalam buku itu juga ditampilkan foto Pdt. Robert W. Sitorus yang mengucapkan 2 kalimat syahadat di Masjid Raya Pondok Indah.
Selamat Pak Sitorus, anda sekarang telah menjadi pengikut Yesus yang sesungguhnya. Sebagaimana:
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” (Markus 12:29)
Siapa yang mau menyusul?
Mantab bro.Semoga mereka sadar
BalasHapus